Bunyi dan nada dipelajari dalam mata pelajaran iImu akustika musik.
Biasanya ilmu akustika dipelajari sebagai landasan dalam memahami
produksi bunyi berbagai instrumen musik. Secara akustik, bunyi
dihasilkan oleh getaran. Sebagai contoh ialah fenomena produksi suara
yang dihasilkan dengan jalan menggesekkan alat penggesek (bow) pada
dawai-dawai biola. Contoh lain ialah petikan pada dawai-dawai gitar.
Perlu dicatat bahwa bunyi bukan vibrasi melainkan efek yang dihasilkan
vibrasi. Secara sederhana bunyi adalah sensasi otak. Bunyi yang
diproduksi alat musik maupun apa saja, menyebar ke segala arah. Beberapa
di antaranya ditangkap oleh telinga kemudian dikirim ke otak. Otak
kemudian menerjemahkan pesan-pesan tersebut sebagai bunyi. Nada memiliki
tingkat ketinggian yang berbeda-beda. Tingkat ketinggian bunyi maupun
nada yang dalam istilah internasional disebut pitch (bahasa Inggris)
ditentukan oleh kecepatan getar atau biasa disebut frekuensi. Getaran
yang teratur pada jumlah tertentu dalam setiap detiknya menghasilkan
nada-nada musikal yang membedakan dari bunyi yang diproduksi untuk
tujuan lain. Semakin tinggi kecepatan getaran maka semakin tinggi pula
tingkat ketinggian suatu bunyi atau nada. Sebuah nada dengan jumlah
getaran tertentu akan menjadi satu oktaf lebih tinggi jika jumlah
getarannya dilipat gandakan. Misalnya nada C tengah yang memiliki 256
getaran per detik, maka nada oktafnya, yaitu C berikutnya, akan memiliki
512 getaran per detik.
Berdasarkan tinggi rendahnya, penyebutan
nada-nada musikal menggunakan tujuh abjad pertama yaitu A, B, C, D, E,
F, dan G, mulai dari yang terrendah hingga tertinggi. Nada kelipatannya
yaitu A, yang hadir setelah G, disebut sebagai oktaf. Demikian pula
seterusnya hal tersebut berlaku untuk kelipatan nada-nada yang lainnya.
Secara umum wujud notasi nada ialah butir-butir yang berbentuk sedikit
lonjong.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar