Tempo
Jika melodi dapat dianalogikan sebagai jiwa bagi musik
maka jantungnya ialah ritme dan tempo. Tempo merupakan “polisi lalu
lintas” yang mengatur kelancaran lalulintas sedangkan kelancaran lalu
lintasnya ialah ritme.
Petunjuk tempo pada naskah musikal tertulis di kiri atas halaman
permulaan sebuah karya musik. Petunjuk tersebut memberitahukan kepada
pemusik seberapa cepat karya tersebut harus dimainkan; apakah Andante
(biasa secepat orang berjalan), Allegro (cepat), Largo (lebar/ lambat),
Presto (sangat cepat), dan sebagainya (Ewen 1963, 4).
Dalam
prakteknya, kecepatan tempo adalah relatif. Pada masa lalu istilah cepat
dan lambat hanya untuk membedakan kecepatan di antara satu lagu dengan
lagu yang lain sedangkan rincian seberapa cepat harusnya sebuah lagu
dimainkan, belum ada. Menjelang akhir abad ke-18 ditemukan metronom,
yaitu instrumen untuk mengukur berbagai kategori kecepatan tempo musik.
Walaupun kini yang dianggap sebagai penemu instrumen tersebut ialah
seorang ahli dari Jerman bernama Johann Nepomuk Maelzel (1772–1838)
namun sebenarnya idenya telah terlebih dahulu ditemukan oleh Dietrich
Nikolaus Winkel (c. 1776–1826) dari Belanda.
Metronom terdiri dari
sebuah bandulan yang posisinya dapat diubah-ubah dengan menggeser kepala
bandulan tersebut pada sebuah tongkat pengayun guna mengatur kecepatan
gerak bandulan sesuai dengan skala angka yang dibutuhkan. Bandulan dan
tongkatnya digerakkan oleh per dalam suatu rangkaian mesin yang setiap
kali gerakan bandulan mencapai masing-masing sisi akan terdengar bunyi
ketokan yang menandai pulsa atau ketukan. Pada metronom terdapat
fasilitas yang dapat mengatur jenis irama tertentu dengan bunyi ”ting”
yang lebih menonjol dan nyaring dari bunyi ketokan yang monoton.
Misalnya pada irama 3/4 akan terdengar pola bunyi ”ting, tok, tok, tok”, yang berulang-ulang.
Sehubungan
dengan itu di samping tanda tempo berupa istilah-istilah biasanya pada
permulaan naskah musikal juga tertulis tanda metronom yang ditulis,
misalnya “M.M. (Maelzel's metronome) = 60”, yang menunjukan bahwa
kecepatan lagu yang dituntut ialah setiap satu ketukan nada setengah
setara dengan 60 ketokan per menit. Kemasan metronom konvensional
cenderung pada bentuk piramid. Walaupun metronom konvensional masih
tetap diproduksi, saat ini kita juga bisa memperoleh berbagai macam
model metronom elektronik ataupun digital. Dalam sejarah musik klasik,
metronom pernah satu kali dipergunakan sebagai alat musik, yaitu pada
karya komponis Honggaria, György Ligeti, berjudul Poème symphonique
(1962), yang menggunakan 100 metronom (Encyclopedia Britanica 2005)
Secara umum tempo musik
dapat diklasifikasikan menjadi 6 gradasi, mulai dari kategori sangat
lambat, lambat, sedang, agak cepat, cepat, dan sangat cepat. Pada
masing-masing kategori tersebut paling tidak terdapat antara dua hingga
empat sub kategori.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar